KONFLIK
Suatu organisasi pasti akan mengalami suatu
dinamika dimana menuntut perhatian pengurus dan anggotanya. Dinamika organisasi
yang harus dikelola secara cerdas dan konstruktif ialah terletak pada konflik
yang sering timbul di suatu organisasi, karena dalam kenyataannya konflik tidak
selamanya bersifat destruktif akan tetapi dapat bersifat konstruktif tergantung
bagaimana kita mengatasinya. Apabila kita dapat mengatasi konflik dengan baik,
kita dapat meningkatkan produktifitas suatu organisasi. Pada kenyataanya ada
hal-hal yang dapat mempengaruhi pergerakan atau proses berjalannya suatu
organisasi. Empat alasan utama untuk adanya dinamika organisasi :
1) Adanya pekerjaan memerlukan pengorganisasian
2) Hasil-hasil yang tak terpisahkan dari personal
3) Pertimbangan ekonomis, pertumbuhan dan ketegangan
4) Perubahan teknologi
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan
bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas
pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan
ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan
dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena
konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti
konflik. Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam
persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang
mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah
menjurus ke arah konflik, terutama bila ada persaingan yang menggunakan
cara-cara yang bertentengan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah
konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa
permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada
dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena
tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat
dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka
yang terlibat maupun bagi organisasi.
Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi
disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik
dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan
kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini
dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
- Pandangan
tradisional (The Traditional View)
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk,
sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari.
- Pandangan
hubungan manusia (The Human Relation View)
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai
suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik
dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok
atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.
Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna
mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus
dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam
tubuh kelompok atau organisasi.
- Pandangan
interaksionis (The Interactionist View)
Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau
organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang
kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak
aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik
perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap
anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Konflik Menurut Myers
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman,
konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan
kontemporer (Myers, 1993:234)
- Dalam
pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang
harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena
dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi.
Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan
pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila
telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang
di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih
besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah
dihindari.
- Pandangan
kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik
merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis
interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana
meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak
merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik
dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan
dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal
konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara
peningkatan kinerja organisasi.
Jenis & Sumber Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada
lima jenis konflik yaitu :
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan
dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki
dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui
bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
- Sejumlah
kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
- Beraneka
macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan
kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
- Banyaknya
bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
- Terdapatnya
baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan tujuan yang
diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan
menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
- Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama menarik.
- Konflik
pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua
pilihan yang sama menyulitkan.
- Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal
yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang
dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini
sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan
lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting
dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa
peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi
proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
- Konflik
antar individu dan kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu
menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada
mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa
seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat
mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di
dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja –
manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
- Konflik
antar organisasi.
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan
negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut
dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan
timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru,
harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
Konflik dapat dikarenakan oleh berbagai macam hal. Secara
umum penyebab konflik adalah :
- Adanya
tindakan yang bertentangan dengan hati nuraninya, ketidakpastian mengenai
kebutuhan yang harus dipenuhi, konflik peranan, konflik kepribadian, dan
konflik tugas di luar kemampuannya.
- Perbedaan
peranan (atasan dengan bawahan), kepribadian, dan kebutuhan (konflik
vertical).
- Individu
mendapat tekanan dari kelompoknya atau individu bersangkutan telah
melanggar norma-norma kelompok sehingga dimusuhi atau dikucilkan oleh
kelompoknya. Berubahnya visi, misi, tujuan , sasaran, policy, strategi dan
aksi individu tersebut dengan visi, misi, tujuan, sasaran, policy,
strategi dan aksi organisasi.
- Karena
ambisi salah satu atau kedua kelompok untuk lebih berkuasa, ada kelompok yang
menindas, ada kelompok yang melanggar norma-norma budaya kelompok lainnya
(konflik primordial)
- Karena
perebutan kekuasaan organisasi baik ekonomi maupun politik (konflik
horizontal dan konflik elit poltitik).
Strategi Pengendalian Konflik
Beberapa ahli seperti Megginson, Mosley dan Pietri (1986)
maupun Owens (1991) menawarkan dua strategi manajemen konflik yang akhir-akhir
ini berkembang cukup prospektif dan dapat diterima, mereka sepakat bahwa
manajemen konflik dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu: (1) Kebekerjasamaan
atau cooperativeness, dan (2) kegigihan atau assertiveness. Cooperativeness
adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan minat pihak lain, sedangkan
assertiveness adalah keinginan untuk memenuhi keinginan dan niat diri sendiri.
Berdasarkan dua dimensi itu ditawarkan beberapa strategi untuk mengelola
konflik yang efektif, yaitu:
- Kompetisi
- Kolaborasi
- Kompromi
- Penghindaran
- Penyesuaian.
Sedangkan Dunnete (1976) memberikan lima strategi untuk
mengatasi konflik dalam lima kemungkinan yaitu :
- jika
kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan pemaksaan
(forcing) atau competing.
Forcing (pemaksaan) menyangkut penggunaan kekerasan ancaman,
dan taktik-taktik penekanan yang membuat lawan melakukan seperti yang
dikehendaki. Pemaksaan hanya cocok dalam situasi-situasi tertentu untuk
melaksanakan perubahan-perubahan penting dan mendesak. Pemaksaan dapat
mengakibatkan bentuk-bentuk perlawanan terbuka dan tersembunyi (sabotase).
- jika
kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan
penghindaran (avoiding).
Avoiding (penghindaran) berarti menjauh dari lawan konflik.
Penghindaran hanya cocok bagi individu atau kelompok yang tidak tergantung pada
lawan individu atau kelompok konflik yang tidak mempunyai kebutuhan lanjut
untuk berhubungan dengan lawan konflik.
- jika
kersama dan kepuasan diri sendiri cukup (seimbang), maka gunakan kompromi
(compromising).
Compromising (pengkompromian) berarti tawar menawar untuk
melakukan kompromi untuk mendapatkan kesepakatan. Tujuan masing-masing pihak
adalah untuk mendapatkan kesepakatan terbaik yang saling menguntungkan.
Pengkompromian akan berhasil bila kedua belah pihak saling menghargai dan
saling percaya.
- jika
kerja sama tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakanlah
kolaboratif (collaborating)
Collaborating berarti kedua pihak yang berkonflik masih
saling mempertahankan keuntungan terbesar bagi dirinya atau kelompoknya saja.
- jika
kerjasama tinggi dan kepuasan diri sendiri rendah, maka gunakan
penghalusan (smoothing). Kalau digambarkan dengan bagan adalah sebaga
berikut.
Smoothing (penghalusan) atau conciliation berarti tindakan
mendamaikan yang berusaha untuk memperbaiki hubungan dan menghindarkan rasa
permusuhan terbuka tanpa memecahkan dasar ketidaksepakatan itu. Conciliation
berbentuk mengambil muka (menjilat) dan pengakuan. Conciliation cocok bila
kesepakatan itu sudah tidak relevan lagi dalam hubungan kerja sama.
Apabila digambarkan maka berbentuk seperti ini
MOTIVASI
Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif (driving
force). Dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Jadi motivasi
kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat kerja atau dorongan kerja. Oleh
sebab itu motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut mendorong semangat
kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan
besar kecilnya prestasinya.
Motivasi adalah proses psikis yang mendorong orang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri
seseorang. Memotivasi diri apalagi memotivasi orang lain atau bawahan bukanlah
pekerjaan yang mudah. Rutinitas pekerjaan sering dialami sebagai kejenuhan
mendalam yang dapat menurunkan motivasi berprestasi. Hal ini diperparah pula
dengan kondisi kerja yang tidak mendukung. Dalam memotivasi orang, manajer atau
pimpinan berhadapan dengan dua hal yang mempengaruhi orang dalam pekerjaan
yaitu kemauan dan kemampuan. Kemauan dapat diatasi dengan pemberian motivasi,
sedangkan kemampuan dapat diatasi dengan mengadakan diklat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis yang
terjadi pada di seseorang, sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Disamping
factor ekstern seperti: lingkungan kerja, kepemimpinan juga sangat ditentukan
factor-faktor intern yang melekat pada setiap orang atau bawahan, seperti
pembawaan, tingkat pendidikan, pengalaman masa lampau, keinginan atau harapan
masa depan, kemudian muncul beberapa pendapat :
- Motivasi
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerjanya. Pengertian lingkungan
kerja dalam kehidupan organisasi tidak lain ialah faktor pemimpin dan
bawahan. Dari pihak pemimpin ada berbagai unsur yang sangat berpengaruh
terhadap motivasi seperti:
- Kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya prosedur kerja, berbagai
rencana dan program kerja
- Persyaratan
kerja yang perlu dipenuhi oleh para bawahan
- Tersedianya
seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan didalam mendukung
pelaksanaan kerja, termasuk didalamnya tempat bekerja para bawahan
- Dan
yang tidak kalah pentingnya gaya kepemimpinan atasan dalam arti
sifat-sifat dan perilaku atasan terhadap bawahan.
Disamping pemimpin atau atasan, bawahan juga memiliki
peranan penting dalam motivasi. Seperti kita ketahui setiap bawahan di dalam
dirinya dapat dilihat adanya berbagai gejala karakteristik seperti:
- kemampuan
kerja
- semangat
atau moral kerja
- rasa
kebersamaan dalam kehidupan kelompok
- prestasi
dan produktivitas kerja
- Tekanan
psikologis, Akibatnya akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Lingkungan kerja seperti kepemimpinan, suasana kerja, tempat
kerja, sarana kerja dan jam-jam kerja, kadang dapat menimbulkan tekanan
psikologis. Tekanan psikologis dapat berujud dengan berbagai variasi: rasa
kecemasan, perasaan tegang, rasa khawatir, tersinggung, merasa tidak
diperhatikan, dan sebagainya.
TEORI MOTIVASI MENURUT PARA AHLI
Berikut teori motivasi menurut para ahli :
- Teori
Motivasi Douglas menurut Mc Gregor :
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative)
dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
- karyawan
secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
- karyawan
tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman
untuk mencapai tujuan.
- Karyawan
akan menghindari tanggung jawab.
- Kebanyakan
karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat
manusia ada empat teori Y :
- karyawan
dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
- Orang
akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit
pada sasaran.
- Rata
rata orang akan menerima tanggung jawab.
- Kemampuan
untuk mengambil keputusan inovatif.
- Teori
Motivasi Abraham Maslow (1943 – 1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan
yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima
tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai
dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang
hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat
berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
- Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
- Kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
- Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
- Kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan
serta pengakuan)
- Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan
kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang
lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu
dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan
dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak
akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah
mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
- Teori
Motivasi David Mc Cellend
Teori motivasi yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961),
menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
- Need
for achievement (kebutuhan akan prestasi)
- Need
for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
- Need
for Power (dorongan untuk mengatur)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia,
imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan
faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang
termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan,
dsb (faktor intrinsik).
KESIMPULAN
Konflik menjadi suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu
organisasi. menurut beberapa para ahli, konflik ada yang bersifat
membangun/konstruktif atau ada juga yang bersifat menghancurkan/destruktif.
Tergantung darimana kita menjabarkannya. Tetapi alangkah baiknya apabila kita
menjadikan konflik itu suatu batu loncatan untuk organisasi kita agar
organisasi kita menjadi lebih bagus lagi. Jadi konflik itu adalah salah satu
hal yang dapat mempengaruhi pergerakan atau proses berjalannya suatu
organisasi. Tergantung bagaimana kita menanggapinya.
Disamping itu konflik memiliki berbagai jenis, mulai dari
konflik interpersonal,konflik intrapersonal, konflik antar individu dan
kelompok, konflik antar kelompok hingga konflik antar organisasi. Biasanya
konflik antar organisasi itu dipicu dari beberapa hal, yaitu :
- Karena
perebutan kekuasaan organisasi baik ekonomi maupun politik (konflik
horizontal dan konflik elit poltitik)
- Karena
adanya persaingan dengan organisasi lain dalam bentuk perdagangan yang
dapat membuat masing-masing organisasi saling mengeluarkan inovasi-inovasi
baru.
Biasanya bidang-bidang structural yang sering terjadi
konflik itu terjadi antar anggota. Anggota-anggota yang masih mementingkan ego
masing-masing bisa memicu terjadinya konflik internal. Nah, pada saat itu
terjadi seorang manajer harus bertindak supaya konflik tersebut selesai.
Biasanya dengan mempertemukan kedua belah pihak dan menjelaskan
permasalahannya. Dari situ seorang manajer yang baik dapat memberikan
motivasi-motivasi kepada para anggotanya. Oleh karena itulah seorang manajer
harus mampu mengetahui teori-teori dasar mengenai motivasi agar apabila terjadi
konflik, seorang manajer dapat menyelesaikannya dengan efektif dan efisien.
Terdapat banyak teori-teori mengenai motivasi. Pada tulisan
saya diatas membahas teori motivasi yang diperkenalkan oleh Mc Gregor,
Abraham Maslow, David Mc Cellend dan Herzberg. Terdapat beberapa perbedaan
mendasar yaitu :
- Pada
teori Mc Gregor, dia lebih menjelaskan motivasi itu dari hubungan antara
manager dengan karyawannya.
- Sedangkan
pada teori Abraham Maslow, motivasi didapat dari kebutuhan manusia,
menurut hipotesisnya terdapat 5 kebutuhan manusia, diurut mulai dari yang
paling bawah adalah Kebutuhan Fisiologis, Rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi
- Pada
teori David Mc Cellend, teori motivasi ini lebih menggambarkan kondisi
pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan. Teori ini biasa
disebut teori motivasi kontemporer. Teori ini mencakup teori kebutuhan,
teori evaluasi kognitif, teori penentuan tujuan, teori penguatan, teori
keadilan, teori harapan.
- Teori
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator
intrinsik dan bahwa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan
faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan)
meliputi : (1) Upah, (2) Kondisi kerja, (3) Keamanan kerja, (4) Status,
(5) Prosedur perusahaan, (6) Mutu penyeliaan, (7) Mutu hubungan
interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan. Sedangkan
Faktor Intrinsik meliputi : (1) Pencapaian prestasi, (2) Pengakuan, (3)
Tanggung Jawab, (4) Kemajuan, (5) Pekerjaan itu sendiri, (6) Kemungkinan
berkembang.
Quote of this post “Konflik bukanlah sesuatu yang harus
dihindari tetapi harus diselesaikan, karena dengan adanya konflik kita bisa
menjadi lebih baik lagi”.