Perubahan dan Perkembangan Organisasi
TEORI ORGANISASI
UMUM 1
Nama: 1. Adistia Bianca Rizki
2.
DwitaAngraini
3. Justin
Nathanael Jacobs
4. Pieter
GustiPratama
5. SetiawatiWinaPratiwi
6.
SyarifNurIkhsanuddin
7. Tiara
AnjasHartiningsih M
8. Wily
Orlando
Kelas: 2KA23
(Kelompok 2)
Faktor – faktor perubahan Organisasi.
Secara
garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
1. Faktor Ekstern
Penyebab
perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi
bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh
karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa
adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu
terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan
organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor
ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting
dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru
yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur
kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang
dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah
bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya
perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan
berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak memaksa
organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan
bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada
gilirannya tidak akan sanggup survive.
2. Faktor Intern
Penyebab
perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat
berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem hubungan
antar anggota,
- Problem dalam
proses kerja sama,
- Problem keuangan.
Hubungan
antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan
bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan
sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan,
atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb.
Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga
sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena
terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti
ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem
yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada
umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses
kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah
system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku)
menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan
rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian
sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi
yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga
dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai
perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil
secara efisien.
Proses perubahan
1. Mengadakan pengkajian.
2. Mengadakan identifikasi.
3. Menetapkan perubahan.
4. Menentukan strategi.
5. Melakukan evaluasi.
Ada
beberapa tahapan dari proses perubahan suatu organisasi
Karena ada tekanan & desakkan, dimana yang dimaksud di
sini adalah, tekanan & desakkan dari pihak luar atau dalam untuk
mengembangkan suatu organisasi agar mau berkembang dan berjalan lebih maksimal.
Interfrensi & Reorientasi biasanya melibatkan orang lain
untuk mengelola, dimana dibutuhkan pengenalan kembali agar mengingatkan apa
yang telah dicapai dan apa yang masih harus menjadi misi untuk mencapai visi
suatu organisasi tersebut.
Diagnosa & Pengenalan masalah, dimana di sini berusaha
ditemukan, apa yang menjadi sebab, dana mengakibatkan apa, serta bagaimana cara
Organisasi tersebut memecahkan suatu masalah dengan baik.
Penemuan & Komitmen dari penyelesaian, setelah menemukan
suatu hal yang baru terhadapa penyelesaiaan masalah, maka akan didaptkan
komitmen baru, dimana harus dijalankan, agar seseuatu kegagalan di masa lampau
tidak terulangi lagi di masa depannya.
Percobaan & penerimaan hasil, dimana setelah kita
melakukan percobaan suatu yang baru, kitapun harus dapat menerima hasilnya, dan
mereview kembali agar kita mengetahui dimana cacatnya suatu cara tersebut dan
memodifikasi kembali agar perubahan itu menjadi lebih baik dan sesuai dengan
yang diharapkan.
Ciri-ciri pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Merupakan strategi
terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran
jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh
organisasi.
b) Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi.
c) Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan semua satuan kerja dalam organisasi.
d) Mengandung nilai
humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
e) Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
f) Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Metode pengembangan organisasi
Beberapa
teknik yang digunakan untuk pengembangan organisasi adalah sebagai berikut ini
:
Sensitivity training, merupakan teknik Pengembangan
Organisasi yang pertama diperkenalkan dan yang dahulu paling sering digunakan.
Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan
training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok
(terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap
orang lain, serta ketrampilan dalam hubungan antar-pribadi.
Team Building, pendekatan yang bertujuan memperdalam
efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik
team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani
proyek dan organisasinya bersifat matriks.
Survey feedback, tiap
peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta
sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan
mereka). Hasil survei ini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada
para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan
dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan
mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
Transcational Analysis (TA), TA berkonsentrasi pada gaya
komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas
dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA
dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
Intergroup
activities, fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan
hubungan baik antar-kelompok. Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin
timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
Proses Consultation, dalam Process consultation, konsultan
Pengembangan Organisasi mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan ,
gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan
koreksi.
Pengembangan Organisasi Grip, pendekatan grip pada
pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang
diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya
kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal,
yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
Third-party peacemaking, dalam menerapkan teknik ini,
konsultan Pengembangan Organisasi berperan sebagai pihak ketiga yang
memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi
untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar